BISKAR. Diberdayakan oleh Blogger.

TEORI SUN TZU DAN KOMUNITAS TANAH AIRKU ( kita )


Awaluddin Madjid
GLOBALISASI PERDAGANGAN
Globalisasi adalah keniscayaan yang menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara dalam komunitas internasional, sebagai keniscayaan maka satu hal yang tak bisa dihindari adalah terjadinya transaksi perdagangan antar negara. Berdasarkan ratifikasi Free Trade Agreement ( FTA) dan ACFTA ( Asean China Free Trade Agreement ) melalui Kepres 48 Tahun 2004 yang efektif berlaku 1 Januari 2010, maka Indonesia mau tidak mau menerima kondisi tersebut sebagai salahsatu Negara penanda-tangan ratifikasi perjanjian tersebut,sementara berdasarkan neraca perdagangan sebelum pemberlakuan perjanjian ACFTA antara tahun 2004 s/d 2008 ekspor Indonesia kenegara China adalah 24,95 %,sedangkan impor China ke Indonesia mencapai 35,09 % (non migas ), melihat keberadaan ini tentunya neraca perdagangan dalam keadaan defisit.
Berdasarkan prediksi dengan diberlakukannya ACFTA, hampir seperempat jumlah pekerja Indonesia yang saat ini mencapai 30 juta, akan mengalami pengangguran, hal itu diperkirakan 7,5 juta pekerja akan menjadi pengangguran, hal ini karena membanjirnya prodak – prodak China, berdasarkan data sementara saat ini jumlah container yang merupakan prodak China sudah mencapai ribuan, dan sebagiannya sudah memasuki pasar – pasar retail yang ada di Tanah Abang , Mangga Dua, dan pusat pertokoan lainnya, belum yang ada diSurabaya, Medan dan daerah lainnya.

Prodak China, yang membanjiri pasar Indonesia seperti tekstil, pakaian jadi, sepatu dan bentuk yang lainnya hamper dipastikan mengntam prodak – prodak local, prodak tekstil sudah merasakan serangan barang China, dan juga pabrik sepatu di Cibaduyut terkena imbasnya. Pertanyaannya, kenapa Prodak China dapat membanjiri pasar Indonesia, saya akan member beberapa ilustrasi,bahwa – bahwa prodak – prodak yang masuk ke Indonesia hampir 80 % adalah prodak home industry, dimana home industry di China memperoleh fasilitas perbankan dengan bunga yang murah, dimana bunga yang diberikan hanya mencapai 3 % setahun, sedangkan di Indonesia bunga sudah mencapai 12 % setahun, belum Pemerintah China mempermudah untuk fasilitas ekspor, terutama ke Indonesia sebagai pangsa pasar yang menjanjikan. Inilah indikasi yang seharusnya menjadi pembelajaran kita semua, pada satu sisi bahwa ratifikasi yang menyangkut ACFTA sudah berlangsung enam tahun, China sudah memprediksi hal tersebut sedangkan kita belum siap untuk melaksanakan hal tersebut, disamping hal yang lainnya

KITA MAMPU
Apa yang saya tulis diatas hanya sekedar teori, namun bisa dijadikan referensi dari apa yang seharusnya dilakukan, namun apapun yang saya tulis hanya sebagai masukan yang juga sebagai tantangan, bahwa ACFTA, hanya bagian dari apa yang dinamakan akibat globalisasi dan akan banyak lagi rentetan yang akan terjadi, maka dengan adanya ACFTA merupakan pembelajaran kita semua agar kita mempersiapkan yang sebenanya terjadi dengan mempersiapkan semuanya dengan perencanaan yang detail, terpadu, terintegrasi. Salah satu contohnya keberadaan di China, untuk membuka akses bisnisnya China telah membangun akses jalan sepanang 3,57 juta kilometer sedangkan di Indonesia hanya 34.000 kilometer, pada tahun lalu China juga sudah membuat pembangkit tenaga listrik sebesar 84,7 triliun Kwh. Kita semua tahu bahwa akses jalan dan listrik sangat berpengaruh pada harga produksi terhadap suatu barang, maka wajar saja kalau harga barang China lebih murah dari prodak Indonesia.
Setalah prodak China, tentunya juga akan disusul dengan podak Negara lainnya yang bukan saja akan membuat kita sebagai bangsa kewalahan namun juga akan membuat rakyat akan makin sengsara, maka pemerintah sebagai public services guna memberikan yang terbaik bagi rakyatnya harus melakukan RECOVERY INVESTMENT NETWORK, baik dari segi perbankan dengan memberikan fasilitas kemudahan bagi UKMK, dengan tidak memberatkan , maupun melakukan pembangunan infra struktur dan supra struktur.
Salahsatu cara adalah mengefektikan pelaksanaan Undang Undang No 39 tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, dimana dalam program tersebut kita dapat melakukan apa yang namanya PENGELOLAAN EKONOMI SUMBER DAYA ALAM TERPADU ( PESAT ) dan PENGEMBANGAN INDUSTRI KESEJAHTERAAN AKTUAL TERPADU ( PIKAT ), kenapa saya katakana demikian PESAT adalah mengaktualkan kemenangan musim bagi Indonesia terhadap China, sedangkan PIKAT adalah akses bagi pengembangan jaringan kesejahteran sebagai akses terciptanya kesejahteraan, yang tentunya tidak bias dilakukan secara sendiri – sendiri namun harus dilakukan dengan bersamaan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat karena pada dasarnya kita adalah KOMUNITAS INDONESIA TANAH AIRKU kita mau, maka kita mampu dan mari kita lakukan secara bersama – sama Insya Alloh mengabulkan usaha dan upaya kita dan disertai dengan doa, amiiin.

Catatan ini sumbang saran bagi negeri KITA semoga bermanfaat.


Awaluddin Madjid
GLOBALISASI PERDAGANGAN
Globalisasi adalah keniscayaan yang menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara dalam komunitas internasional, sebagai keniscayaan maka satu hal yang tak bisa dihindari adalah terjadinya transaksi perdagangan antar negara. Berdasarkan ratifikasi Free Trade Agreement ( FTA) dan ACFTA ( Asean China Free Trade Agreement ) melalui Kepres 48 Tahun 2004 yang efektif berlaku 1 Januari 2010, maka Indonesia mau tidak mau menerima kondisi tersebut sebagai salahsatu Negara penanda-tangan ratifikasi perjanjian tersebut,sementara berdasarkan neraca perdagangan sebelum pemberlakuan perjanjian ACFTA antara tahun 2004 s/d 2008 ekspor Indonesia kenegara China adalah 24,95 %,sedangkan impor China ke Indonesia mencapai 35,09 % (non migas ), melihat keberadaan ini tentunya neraca perdagangan dalam keadaan defisit.
Berdasarkan prediksi dengan diberlakukannya ACFTA, hampir seperempat jumlah pekerja Indonesia yang saat ini mencapai 30 juta, akan mengalami pengangguran, hal itu diperkirakan 7,5 juta pekerja akan menjadi pengangguran, hal ini karena membanjirnya prodak – prodak China, berdasarkan data sementara saat ini jumlah container yang merupakan prodak China sudah mencapai ribuan, dan sebagiannya sudah memasuki pasar – pasar retail yang ada di Tanah Abang , Mangga Dua, dan pusat pertokoan lainnya, belum yang ada diSurabaya, Medan dan daerah lainnya.

Prodak China, yang membanjiri pasar Indonesia seperti tekstil, pakaian jadi, sepatu dan bentuk yang lainnya hamper dipastikan mengntam prodak – prodak local, prodak tekstil sudah merasakan serangan barang China, dan juga pabrik sepatu di Cibaduyut terkena imbasnya. Pertanyaannya, kenapa Prodak China dapat membanjiri pasar Indonesia, saya akan member beberapa ilustrasi,bahwa – bahwa prodak – prodak yang masuk ke Indonesia hampir 80 % adalah prodak home industry, dimana home industry di China memperoleh fasilitas perbankan dengan bunga yang murah, dimana bunga yang diberikan hanya mencapai 3 % setahun, sedangkan di Indonesia bunga sudah mencapai 12 % setahun, belum Pemerintah China mempermudah untuk fasilitas ekspor, terutama ke Indonesia sebagai pangsa pasar yang menjanjikan. Inilah indikasi yang seharusnya menjadi pembelajaran kita semua, pada satu sisi bahwa ratifikasi yang menyangkut ACFTA sudah berlangsung enam tahun, China sudah memprediksi hal tersebut sedangkan kita belum siap untuk melaksanakan hal tersebut, disamping hal yang lainnya

KITA MAMPU
Apa yang saya tulis diatas hanya sekedar teori, namun bisa dijadikan referensi dari apa yang seharusnya dilakukan, namun apapun yang saya tulis hanya sebagai masukan yang juga sebagai tantangan, bahwa ACFTA, hanya bagian dari apa yang dinamakan akibat globalisasi dan akan banyak lagi rentetan yang akan terjadi, maka dengan adanya ACFTA merupakan pembelajaran kita semua agar kita mempersiapkan yang sebenanya terjadi dengan mempersiapkan semuanya dengan perencanaan yang detail, terpadu, terintegrasi. Salah satu contohnya keberadaan di China, untuk membuka akses bisnisnya China telah membangun akses jalan sepanang 3,57 juta kilometer sedangkan di Indonesia hanya 34.000 kilometer, pada tahun lalu China juga sudah membuat pembangkit tenaga listrik sebesar 84,7 triliun Kwh. Kita semua tahu bahwa akses jalan dan listrik sangat berpengaruh pada harga produksi terhadap suatu barang, maka wajar saja kalau harga barang China lebih murah dari prodak Indonesia.
Setalah prodak China, tentunya juga akan disusul dengan podak Negara lainnya yang bukan saja akan membuat kita sebagai bangsa kewalahan namun juga akan membuat rakyat akan makin sengsara, maka pemerintah sebagai public services guna memberikan yang terbaik bagi rakyatnya harus melakukan RECOVERY INVESTMENT NETWORK, baik dari segi perbankan dengan memberikan fasilitas kemudahan bagi UKMK, dengan tidak memberatkan , maupun melakukan pembangunan infra struktur dan supra struktur.
Salahsatu cara adalah mengefektikan pelaksanaan Undang Undang No 39 tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, dimana dalam program tersebut kita dapat melakukan apa yang namanya PENGELOLAAN EKONOMI SUMBER DAYA ALAM TERPADU ( PESAT ) dan PENGEMBANGAN INDUSTRI KESEJAHTERAAN AKTUAL TERPADU ( PIKAT ), kenapa saya katakana demikian PESAT adalah mengaktualkan kemenangan musim bagi Indonesia terhadap China, sedangkan PIKAT adalah akses bagi pengembangan jaringan kesejahteran sebagai akses terciptanya kesejahteraan, yang tentunya tidak bias dilakukan secara sendiri – sendiri namun harus dilakukan dengan bersamaan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat karena pada dasarnya kita adalah KOMUNITAS INDONESIA TANAH AIRKU kita mau, maka kita mampu dan mari kita lakukan secara bersama – sama Insya Alloh mengabulkan usaha dan upaya kita dan disertai dengan doa, amiiin.

Catatan ini sumbang saran bagi negeri KITA semoga bermanfaat.

0 komentar:


About Us

Komunitas ini diperuntukan bagi anda yang meyakini bahwa berwirausaha adalah pilihan yang dianugrahkan kepada manusia tanpa memandang suku, agama dan keturunan. Berwirausaha bisa di cari, dipelajari dan di ekskusi oleh siapapun , dimanapun dan kapanpun bagi mereka yang mempunyai keberanian bertarung dengan resiko kehidupan.

Pengikut

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP