BISKAR. Diberdayakan oleh Blogger.

PENGHALANG VERBAL DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

PENGHALANG VERBAL

DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Komunikasi adalah hal yang sulit dilakukan bahkan pada saat-saat yang terbaik sekalipun. Kita semua memiliki ide yang sudah lama tertanam, penilaian dan praduga yang cenderung kita bawa ke dalam suatu percakapan. Kalau kita tambahkan bahasa non-verbal, keterampilan mendengarkan yang buruk dan rasa tidak aman yang pasti ada pada diri semua manusia, rasanya merupakan suatu mukjizat masih ada orang yang tidak memperoleh kesan yang buruk setiap kali selesai melakukan percakapan.

Niat dan kesadaran kita merupakan aspek-aspek yang penting dalam keterampilan komunikasi verbal kita.

Seringkali kita ingin ’membantu’ orang lain tanpa menyadari bahwa dengan mengambil alih percakapan dengan penghalang verbal komunikasi kita, kita sebenarnya mengambil alih rasa berdaya orang lain dan membuat diri kita sendiri menjadi fokus percakapan. Kepentingan dan keinginan kita akan terpenuhi tapi lawan bicara kita menjadi tidak didengarkan dan tidak dimengerti sebagaimana yang mereka tentunya harapkan.

Dengan niat yang sungguh-sungguh untuk menghargai lawan bicara secara positif dan tanpa syarat, menghargai dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin dia katakan sebelum kita memulai percakapan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar bahwa interaksi yang kemudian terjadi akan menjadi produktif, menyenangkan dan memuaskan bagi semua pihak yang terkait.

Menyadari agenda dan motivasi diri kita sendiri dan kemudian berusaha memastikan mereka tidak masuk ke dalam percakapan, akan semakin meningkatkan kemampuan kita untuk memndengarkan orang lain tanpa praduga atau sikap menghakimi. Mengapa kita melakukan percakapan dengan orang ini? Apa tujuan akhir kita? Apakah kita memasuki percakapan dengan niat untuk melakukan kompromi sekiranya ada ketidaksetujuan antara kita dan lawan bicara, atau kita harus selalu merasa ’benar’?

Jika seseorang secara sadar memanfaatkan penghalang verbal komunikasi beserta segala masalah yang menempel padanya, maka orang tersebut dapat dikatakan manipulatif dan tidak menghormati lawan bicara.

Kita juga perlu menyadari dan merefleksikan penghalang verbal yang kita miliki dalam usaha mencapai komunikasi verbal yang efektif. Apa kita tahu penghalang verbal milik kita? Jika tidak, cobalah perhatikan reaksi yang kita dapatkan dari lawan bicara kita ketika melakukan percakapan dan pertimbangkan di daerah mana saja pada komunikasi verbal kita yang dapat kita perbaiki.

Tidaklah masuk akal bagi kita untuk mengatakan, ”Tapi saya tidak punya penghalang verbal komunikasi.” Kita semua memilikinya dan semakin dini kita dapat menentukan apa penghalang verbal yang kita miliki, maka dengan banyak latihan, kita akan mampu mengubahnya dan mengakuinya jika penghalang verbal itu muncul. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat proses analisis mengapa konflik atau kurangnya komunikasi dapat terjadi dan menghindari situasi serupa di masa depan.

Akan sulit untuk menganalisa mengapa suatu interaksi verbal bisa jadi berantakan ketika kita tidak mempertimbangkan teknik yang kita gunakan dalam percakapan. Kita semua memiliki blind spot yang sangat mempengaruhi hasil interaksi kita. Dengan secara jujur menanyakan pada diri kita dan mengakui kelemahan komunikasi verbal kita, maka kita akan lebih mampu memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut dan melakukan dialog yang lebih jujur dengan orang lain.

Sementara banyak kesalahpahaman yang dapat diatasi secara cukup mudah, kadangkala situasinya bisa jadi sulit ditangani. Hal ini bisa berujung pada sakit hati, meningkatnya kesulitan untuk berkomunikasi di masa depan dan kemungkinan menghindari berkomunikasi sama sekali dengan orang-orang tertentu.

Satu lagi kerugian keterampilan komunikasi yang buruk adalah seandainya seseorang datang kepada kita untuk membicarakan masalahnya dan dia merasa tidak didengarkan, dimengerti dan dihormati, dia tidak saja akan menjadi lebih sensitif dari pada sebelumnya, dia juga semakin enggan untuk membuka diri ke orang lain ketika dia sebenarnya perlu berbagi cerita.

Keterampilan komunikasi yang buruk tidak hanya menghalangi ”bertemunya pikiran” tapi juga memberikan efek-efek berikut:
· Membuat lawan bicara menutup diri;
· Menghalangi terciptanya kedekatan, empati atau interaksi;
· Memaksa orang berbicara sebelum mereka siap berbicara
· Membuat lawan bicara merasa dihakimi, tidak didengarkan, tidak disukai, tidak dihargai; dan
· Menghalangi eksplorasi sudut pandang, perasaan , keinginan dan kebutuhan.

Efek utama lainnya dari keterampilan komunikasi yang tidak efektif adalah pada diri kita sendiri. Hal ini dapat menciptakan isolasi, mengurangi pengalaman hidup yang positif, menciptakan ketakutan, kesedihan, kesendirian dan ketegangan dengan anggota keluarga danorang lain. Komunikasi yang tidak memuaskan atau mengundang sikap bermusuhan antara dua orang jarang sekali disebabkan oleh kesalahan salah satu orang saja dan efeknya, baik itu hanya sebentar atau berkelanjutan, dapat memberikan dampak pada diri kita baik secara nyata maupun tidak disadari.

Jadi, dengan niat yang baik dan disertai oleh kesadaran akan apa saja penghalang verbal komunikasi yang kita miliki, kita dapat menghindari situasi dimana kita menciptakan lebih banyak masalah dan bukannya menyelesaikan masalah, merusak alur komunikasi dan membuat lawan bicara semakin bingung dan merasa salah dimengerti.

Jika kita adalah salah seorang yang beruntung didunia ini sehingga jarang mengalami kesulitan berkomunikasi verbal, apa yang dapat kita lakukan jika kita harus berhadapan dengan orang yang sulit berkomunikasi? Mungkin salah satu pendekatan yang paling baik untuk menghindari masalah komunikasi adalah dengan menanggapi (memberi respon) dan tidak bereaksi.

Jika seseorang mengatakan sesuatu sedemikian rupa sehingga kita merasa ada reaksi yang timbul dalam diri kita, ambil langkah mundur dan saringlah informasi yang kita terima sampai kita tenang kembali.

Kita bisa melakukan hal ini dengan cara menyadari ketika kita mulai merasa akan bereaksi terhadap ucapan atau cara berbicara lawan bicara kita, lalu memvisualisasikan percakapan yang kita lakukan sebagai sederetan frame pada sebuah rol film di bioskop. Diantara tiap dua frame, ada bagian kosong yang dapat kita gunakan untuk ‘ time out /menghentikan waktu’ untuk sementara dan kemudian memutuskan bagaiman cara kita akan menanggapi (merespon) lawan bicara kita, baru kemudian memainkan rol film itu kembali.

Dengan melakukan visualisasi ‘time out‘ ini, kita akan dapat mencegah diri kita dari bereaksi terhadap lawan bicara kita dan memasuki situasi yang tidak konstruktif dimana penghalang komunikasi kita bisa terpicu. Menanggapi (merespon) dan tidak bereaksi juga akan membuat kita tidak menghabiskan energi emosional kita, mempertahankan penghormatan orang lain atas diri kita dan membantu kita untuk mempertahankan control atas diri kita sendiri.

Satu lagi aspek komunikasi yang harus diperhatikan adalah kerangka pikiran dari kedua pihak yang berkomunikasi. Apakah kita atau lawan bicara kita merasa tegang, tidak aman, malu,tidak siap, terdesak, letih, rapuh, sensitife, enggan, tertekan atau stress? Misalnya, jika lawan bicara kita memang pada dasarnya pemalu, atau situasinya membuatnya merasa malu berbicara, maka kemungkinan terpicunya penghalang komunikasi akan semakin tinggi. Dengan cara menanggapi (merespon) dan tidak bereaksi terhadap apa yang diucapkan lawan bicara, kita akan semakin sensitife terhadap perasaan lawan bicara yang dapat mengubah mood atau atmosfir percakapan kita dan diharapkan kita bias mencegah diri kita sendiri dari pengaruhnya.

Komunikasi yang cerdas dan positif merupakan kunci dari hubungan yang sehat.

Ditulis ulang oleh : Hidayat Peje

PENGHALANG VERBAL

DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Komunikasi adalah hal yang sulit dilakukan bahkan pada saat-saat yang terbaik sekalipun. Kita semua memiliki ide yang sudah lama tertanam, penilaian dan praduga yang cenderung kita bawa ke dalam suatu percakapan. Kalau kita tambahkan bahasa non-verbal, keterampilan mendengarkan yang buruk dan rasa tidak aman yang pasti ada pada diri semua manusia, rasanya merupakan suatu mukjizat masih ada orang yang tidak memperoleh kesan yang buruk setiap kali selesai melakukan percakapan.

Niat dan kesadaran kita merupakan aspek-aspek yang penting dalam keterampilan komunikasi verbal kita.

Seringkali kita ingin ’membantu’ orang lain tanpa menyadari bahwa dengan mengambil alih percakapan dengan penghalang verbal komunikasi kita, kita sebenarnya mengambil alih rasa berdaya orang lain dan membuat diri kita sendiri menjadi fokus percakapan. Kepentingan dan keinginan kita akan terpenuhi tapi lawan bicara kita menjadi tidak didengarkan dan tidak dimengerti sebagaimana yang mereka tentunya harapkan.

Dengan niat yang sungguh-sungguh untuk menghargai lawan bicara secara positif dan tanpa syarat, menghargai dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin dia katakan sebelum kita memulai percakapan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar bahwa interaksi yang kemudian terjadi akan menjadi produktif, menyenangkan dan memuaskan bagi semua pihak yang terkait.

Menyadari agenda dan motivasi diri kita sendiri dan kemudian berusaha memastikan mereka tidak masuk ke dalam percakapan, akan semakin meningkatkan kemampuan kita untuk memndengarkan orang lain tanpa praduga atau sikap menghakimi. Mengapa kita melakukan percakapan dengan orang ini? Apa tujuan akhir kita? Apakah kita memasuki percakapan dengan niat untuk melakukan kompromi sekiranya ada ketidaksetujuan antara kita dan lawan bicara, atau kita harus selalu merasa ’benar’?

Jika seseorang secara sadar memanfaatkan penghalang verbal komunikasi beserta segala masalah yang menempel padanya, maka orang tersebut dapat dikatakan manipulatif dan tidak menghormati lawan bicara.

Kita juga perlu menyadari dan merefleksikan penghalang verbal yang kita miliki dalam usaha mencapai komunikasi verbal yang efektif. Apa kita tahu penghalang verbal milik kita? Jika tidak, cobalah perhatikan reaksi yang kita dapatkan dari lawan bicara kita ketika melakukan percakapan dan pertimbangkan di daerah mana saja pada komunikasi verbal kita yang dapat kita perbaiki.

Tidaklah masuk akal bagi kita untuk mengatakan, ”Tapi saya tidak punya penghalang verbal komunikasi.” Kita semua memilikinya dan semakin dini kita dapat menentukan apa penghalang verbal yang kita miliki, maka dengan banyak latihan, kita akan mampu mengubahnya dan mengakuinya jika penghalang verbal itu muncul. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat proses analisis mengapa konflik atau kurangnya komunikasi dapat terjadi dan menghindari situasi serupa di masa depan.

Akan sulit untuk menganalisa mengapa suatu interaksi verbal bisa jadi berantakan ketika kita tidak mempertimbangkan teknik yang kita gunakan dalam percakapan. Kita semua memiliki blind spot yang sangat mempengaruhi hasil interaksi kita. Dengan secara jujur menanyakan pada diri kita dan mengakui kelemahan komunikasi verbal kita, maka kita akan lebih mampu memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut dan melakukan dialog yang lebih jujur dengan orang lain.

Sementara banyak kesalahpahaman yang dapat diatasi secara cukup mudah, kadangkala situasinya bisa jadi sulit ditangani. Hal ini bisa berujung pada sakit hati, meningkatnya kesulitan untuk berkomunikasi di masa depan dan kemungkinan menghindari berkomunikasi sama sekali dengan orang-orang tertentu.

Satu lagi kerugian keterampilan komunikasi yang buruk adalah seandainya seseorang datang kepada kita untuk membicarakan masalahnya dan dia merasa tidak didengarkan, dimengerti dan dihormati, dia tidak saja akan menjadi lebih sensitif dari pada sebelumnya, dia juga semakin enggan untuk membuka diri ke orang lain ketika dia sebenarnya perlu berbagi cerita.

Keterampilan komunikasi yang buruk tidak hanya menghalangi ”bertemunya pikiran” tapi juga memberikan efek-efek berikut:
· Membuat lawan bicara menutup diri;
· Menghalangi terciptanya kedekatan, empati atau interaksi;
· Memaksa orang berbicara sebelum mereka siap berbicara
· Membuat lawan bicara merasa dihakimi, tidak didengarkan, tidak disukai, tidak dihargai; dan
· Menghalangi eksplorasi sudut pandang, perasaan , keinginan dan kebutuhan.

Efek utama lainnya dari keterampilan komunikasi yang tidak efektif adalah pada diri kita sendiri. Hal ini dapat menciptakan isolasi, mengurangi pengalaman hidup yang positif, menciptakan ketakutan, kesedihan, kesendirian dan ketegangan dengan anggota keluarga danorang lain. Komunikasi yang tidak memuaskan atau mengundang sikap bermusuhan antara dua orang jarang sekali disebabkan oleh kesalahan salah satu orang saja dan efeknya, baik itu hanya sebentar atau berkelanjutan, dapat memberikan dampak pada diri kita baik secara nyata maupun tidak disadari.

Jadi, dengan niat yang baik dan disertai oleh kesadaran akan apa saja penghalang verbal komunikasi yang kita miliki, kita dapat menghindari situasi dimana kita menciptakan lebih banyak masalah dan bukannya menyelesaikan masalah, merusak alur komunikasi dan membuat lawan bicara semakin bingung dan merasa salah dimengerti.

Jika kita adalah salah seorang yang beruntung didunia ini sehingga jarang mengalami kesulitan berkomunikasi verbal, apa yang dapat kita lakukan jika kita harus berhadapan dengan orang yang sulit berkomunikasi? Mungkin salah satu pendekatan yang paling baik untuk menghindari masalah komunikasi adalah dengan menanggapi (memberi respon) dan tidak bereaksi.

Jika seseorang mengatakan sesuatu sedemikian rupa sehingga kita merasa ada reaksi yang timbul dalam diri kita, ambil langkah mundur dan saringlah informasi yang kita terima sampai kita tenang kembali.

Kita bisa melakukan hal ini dengan cara menyadari ketika kita mulai merasa akan bereaksi terhadap ucapan atau cara berbicara lawan bicara kita, lalu memvisualisasikan percakapan yang kita lakukan sebagai sederetan frame pada sebuah rol film di bioskop. Diantara tiap dua frame, ada bagian kosong yang dapat kita gunakan untuk ‘ time out /menghentikan waktu’ untuk sementara dan kemudian memutuskan bagaiman cara kita akan menanggapi (merespon) lawan bicara kita, baru kemudian memainkan rol film itu kembali.

Dengan melakukan visualisasi ‘time out‘ ini, kita akan dapat mencegah diri kita dari bereaksi terhadap lawan bicara kita dan memasuki situasi yang tidak konstruktif dimana penghalang komunikasi kita bisa terpicu. Menanggapi (merespon) dan tidak bereaksi juga akan membuat kita tidak menghabiskan energi emosional kita, mempertahankan penghormatan orang lain atas diri kita dan membantu kita untuk mempertahankan control atas diri kita sendiri.

Satu lagi aspek komunikasi yang harus diperhatikan adalah kerangka pikiran dari kedua pihak yang berkomunikasi. Apakah kita atau lawan bicara kita merasa tegang, tidak aman, malu,tidak siap, terdesak, letih, rapuh, sensitife, enggan, tertekan atau stress? Misalnya, jika lawan bicara kita memang pada dasarnya pemalu, atau situasinya membuatnya merasa malu berbicara, maka kemungkinan terpicunya penghalang komunikasi akan semakin tinggi. Dengan cara menanggapi (merespon) dan tidak bereaksi terhadap apa yang diucapkan lawan bicara, kita akan semakin sensitife terhadap perasaan lawan bicara yang dapat mengubah mood atau atmosfir percakapan kita dan diharapkan kita bias mencegah diri kita sendiri dari pengaruhnya.

Komunikasi yang cerdas dan positif merupakan kunci dari hubungan yang sehat.

Ditulis ulang oleh : Hidayat Peje

0 komentar:


About Us

Komunitas ini diperuntukan bagi anda yang meyakini bahwa berwirausaha adalah pilihan yang dianugrahkan kepada manusia tanpa memandang suku, agama dan keturunan. Berwirausaha bisa di cari, dipelajari dan di ekskusi oleh siapapun , dimanapun dan kapanpun bagi mereka yang mempunyai keberanian bertarung dengan resiko kehidupan.

Pengikut

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP